4/1/14

PENGOBATAN ALTERNATIF, SEMAKIN POPULER SEMAKIN MENANTANG*

*Ditulis oleh Ahmad Hidayat, Mahasiswa Perilaku dan Promosi Kesehatan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada
PENGANTAR
Dari waktu ke waktu, pemanfaatan pengobatan alternatif semakin populer di berbagai negara. Terlebih Indonesia, tren penggunaan pengobatan alternatif semakin berjaya di kalangan masyarakat. Banyak yang sebelumnya hanya sebuah praktik sederhana, kini bahkan tersistemasi dengan baik, bahkan menjadi bisnis yang menggiurkan bagi pemilik pengobatan. Sebagaimana yang kita ketahui, pengetahuan masyarakat dalam memilih pengobatan untuk penyakitnya dipengaruhi oleh pengalaman dan dorongan lingkungan yang secara terus-menerus menjadi sebuah perilaku.
Pengobatan alternatif sering kali memberi hasil yang mengesankan sekaligus mencengangkan melalui metode dan peralatannya yang sederhana. Berbeda dengan pengobatan modern atau medis yang seringnya bergantung dengan teknologi ataupun sistematika teknik yang dianggap rumit, yang identik pula dengan pembiayaan yang mahal. Sehingga sebagian besar masyarakat menganalogikannya dengan peribahasa "Tak ada rotan, akarpun jadi." Maksudnya, mereka akan memilih dahulu pengobatan alternatif (akar) sebelum betul-betul harus memilih medis (rotan).
Namun, belakangan santer beredar berbagai pemberitaan mengenai keganjilan-keganjilan dalam pengobatan alternatif. Sebagian di antaranya bahkan menimbulkan efek kecacatan hingga kematian. Mengingat bahwa pengobatan alternatif tidak seperti medis yang telah melewati berbagai pengujian dan landasan ilmu yang rasional, rasanya tidak lagi perlu terkejut jika pengobatan alternatif sangat rentan dalam menimbulkan efek negatif bagi penerima pengobatan. Banyak pula yang tidak memiliki pendekatan empiris, melainkan magis.
Diversitas dalam aspek pendidikan, pengetahuan, serta status ekonomi di dalam masyarakat sangat tinggi. Ditambah pula kedekatan masyarakat dengan budaya, kebiasaan dalam berobat ke pengobatan alternatif menjadi sangat akrab. Mengingat bahaya-bahaya yang disampaikan di atas, sudah seharusnya ada sebuah upaya dari pemerintah dalm hal penanggulangan masalah ini berupa regulasi. Entah bentuknya berupa edukasi, monitoring, penertiban, atupun berbentuk pendampingan.
KELOMPOK.AT
Perlu untuk kembali menyadari bahwa setiap kebijakan publik yang akan ditetapkan, pasti akan ada kelompok yang merasa diuntungkan, serta ada pula yang merasa dirugikan. Kepentingan dari setiap kelompok atau dari para stakeholders tersebut menimbulkan sebuah sikap pro dan kontra yang melekat pada mereka. Untuk upaya advokasi dalam penanggulangan pengobatan alternatif pun begitu. Secara sederhana bisa dilihat dalam bagan kelompok Pro dan Kontra. 

Penjelasan dan uraian dari bagan kepentingan atau interest dari kelompok/stakeholders tersebut, dapat kita pahami dalam tabel di bawah ini:
Aktor
Sikap
Kepentingan
Masyarakat
PRO
Butuh untuk diyakinkan mengenai pengobatan mana yang aman dan baik untuk mereka pilih. Butuh bantuan pemerintah agar mendapatkan pengobatan yang tepat.
Paramedis
PRO
Agar tetap bisa berperan optimal dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, baik dalam preventif maupun kuratif/rehabilitatif. Serta merasa dipandang sebelah mata dengan naik daunnya pengobatan alternatif.
Asuransi
PRO
Menyediakan perlindungan yang efisien dan efektif bagi masyarakat dan internalnya (nasabah, omzet, dsb).
Farmasi
PRO
Berkenaan dengan hal bisnis, yaitu penjualan obat atau peralatan kesehatan lainnya yang berkenaan dengan medis.
Pelayanan Kesehatan
PRO
Baik rumah sakit, klinik pengobatan, bahkan puskesmas yang menyediakan pengobatan dan perawatan.
Dinkes/Menkes
PRO
Regulator sekaligus penanggung jawab status kesehatan suatu masyarakat. Instansi yang secara penuh akan berupaya meningkatkan kesehatan masyarakat.
Institusi Pendidikan
PRO
Memberikan edukasi yang baik mengenai pengobatan medis ataupun solusi-solusi terbaik dalam 'menggandeng' pegobatan alternatif.
Penyedia pengobatan alternatif
KONTRA
Sebagai pelaku, kelompok ini tentu merasa 'terancam' dengan rencana advokasi penanggulangan pengobatan alternatif. Ditambah lagi mereka menyadari bahwa tak sedikit metode mereka tidak memiliki logika berpikir secara ilmiah/empiris.
Pengguna pengobatan alternatif
KONTRA
Mayoritas karena dipengaruhi ekonomi, sosial dan budaya, serta pengetahuan. Pengalaman-pengalaman dan lingkungan mereka semakin memperkuat perilaku.
Dokter pengobatan alternatif
KONTRA
Dokter yang dipandang masyarakat memiliki landasan ilmiah dalam pengobatan dan mengkombinasikannya dengan pengobatan alternatif (yang sebagian besar juga tidak logis) akan merasa terusik dalam bisnis tsb.
Masyarakat kurang mampu
KONTRA
Dorongan ekonomi membuat mereka secara mantap memilih pengobatan alternatif. Untuk bentuk pengobatan, mereka akan menerima tanpa mengeluh, karena bercermin pada kemampuan finansialnya.
Lembaga/tokoh agama
KONTRA
Sebagian besar bentuk pengobatan alternatif adalah dengan pendekatan keagamaan. Banyak oknum yang menjual nama lembaga/tokoh keagamaannya. Terlebih pada saat pengobatannya sedang laris manis.
Untuk melakukan advokasi pada kelompok/stakeholders tersebut maka kita harus mengukur terlebih dahulu kekuatan pada setiap mereka, sehingga nantinya dapat tergambar pada kubu pro atau kontra yang memiliki kekuatan lebih besar dalam penentuan keberhasilan rencana kebijakan.
No
Kelompok/Stakeholders
Pro
Kontra
1
Masyarakat
2
2
Paramedis
3
3
Asuransi
1
4
Farmasi
1
5
Pelayanan Kesehatan
3
6
Dinkes/Menkes
5
7
Institusi Pendidikan
4
8
Penyedia pengobatan alternatif
5
9
Pengguna pengobatan alternatif
4
10
Dokter pengobatan alternatif
5
11
Masyarakat kurang mampu
4
12
Lembaga/tokoh agama
4
TOTAL
19
22
Keterangan scoring:          1 = sangat lemah
                                      2 = lemah
                                      3 = sedang
                                      4 = kuat
                                      5 = sangat kuat
Dari tabel scoring di atas, kita melihat bahwa selisih kekuatan dari kedua kubu pro dan kontra tidaklah terlalu jauh, hanya terpaut dua poin. Artinya bahwa sebetulnya kubu pro sudah memiliki posisi yang cukup potensial dalam memenangkan rencana pembentukan kebijakan penanggulangan pengobatan alternatif ini. Hanya saja, kubu kontra yang hanya terdiri dari lima kelompok/stakeholders ini masing-masing memiliki kekuatan personal yang sangat kuat. Sebagai ujung tombak dalam pengobatan alternatif, efek yang ditimbulkan bisa sangat besar bahkan ada kecenderungan untuk lebih besar lagi dengan sikap mereka atas isu pembentukan kebijakan tersebut.
Maka dari itu, tak perlu lagi berpikir dua kali untuk melakukan advokasi pada kubu kontra, terutama kubu yang potensial untuk dijadikan koalisi. Sebab pemenangan rencana kebijakan ini akan sangat besar dipengaruhi oleh kelompok/stakeholders terkait. Kelompok/stakeholders yang potensial tersebut antara lain:
No
Kelompok/stakeholders
Penekanan dalam Advokasi
1
Pengguna Pengobatan Alternatif
Kelompok ini sangat heterogen, terbagi atas latar belakang pengetahuan, sosial ekonomi, maupun lingkungannya. Sebenarnya, pada dasarnya, kelompok ini juga acap kali didera kebingungan ataupun keterpaksaan oleh pengaruh latar belakang tersebut. Siapa yang ingin berobat ke tempat yang salah? Maka sebenarnya tidak begitu sulit untuk mengadvokasi kelommpok ini. Kita mulai dengan melakukan pendekatan secara budaya, bahwa beberapa budaya sudah tidak lagi relevan dengan kondisi masa kini. Ada modifikasi yang perlu dilakukan. Artinya, edukasi ini kita lakukan dengan mempertimbangkan pendekatan ekologis dan juga budaya. Setelah mereka tahu, lalu mereka menyadari, maka dengan mudah kelompok pengguna pengobatan alternatif akan menjadi kelompok potensial dalam advokasi pembentukan regulasi ini.
2
Dokter Pengobatan Alternatif
Dengan latar belakang ilmu yang dimilikinya, kelompok ini sebetulnya akan cukup sulit untuk diadvokasi. Sebab mereka akan mengaitkan dan mencari-cari celah untuk menguatkan argumennya dalam melakukan pengobatan alternatif atas nama profesi dokter yang dimilikinya. Tapi ingat bahwa mereka telah disumpah, ada ikrar yang diucapkan sebelum dilepas menjadi dokter. Dan dengan tingkat pendidikan yang baik, sebetulnya kelompok ini perlu kita tegaskan dengan sangsi. Selama pengobatan alternatif tersebut rasional dan bermanfaat, maka tidak ada masalah.
3
Masyarakat Kurang Mampu
Alasan paling banyak selain karena dorongan lingkungan atas pengalaman-pengalaman terdahulu, alasan finansial juga memengaruhi kemampuan kelompok ini untuk memilih pengobatan alternatif. Sebetulnya ada banyak macam asuransi kesehatan ataupun pengobatan medis murah yang disediakan pemerintah. Hanya saja mereka barangkali memiliki penilaian lain atas layanan pengobatan medis tersebut, seperti prosedur yang membingungkan dan rumit, layanan yang tidak friendly dan sulit dipahami, hingga pengetahuan mereka yang kurang mumpuni. Mulailah dengan melakukan edukasi yang bisa mereka terima. Tentu mereka perlu untuk tahu apakah pengobatan yang dipilihnya betul atau salah. Sekali lagi, tidak ada orang yang ingin berobat di pengobatan yang salah. Maka sebetulnya kelompok ini adalah kelompok yang potensial dari kacamata advokasi.
Sebagai penutup, kembali kita saling mengingatkan bahwa pengobatan alternatif bukan lah sepenuhnya pengobatan yang salah. Yang membuat kita harus aware adalah bahwa akhir-akhir ini banyak kasus tidak baik dari pengobatan alternatif, mengingat banyak sekali metode yang tidak rasional dan tidak logis. Sehingga advokasi harus masuk dalam bidang ini, agar tercipta sebuah regulasi yang memayungi keberlangsungan pencarian pengobatan yang tepat di dalam masyarakat.

1 comment:

  1. Terima kasih atas informasi dan penjabarannya. sangat bermanfaat sekali dalam mengklasifikasikan para stakeholders pengobatan tradisional / alternatif yang saat ini tengah ramai diperbincangkan

    ReplyDelete